Membaca beberapa diskusi Islam-Kristen di Internet, rasanya sedih melihat realitas keberagamaan yang berkembang. Menyedihkan melihat isinya hanya perdebatan dan masing-masing mengunggulkan agamanya dengan merendahkan agama orang lain. Keadilan dan ketulusan seringkali hilang, tergantikan keinginan untuk mengalahkan argumentasi lawan diskusi.
Buat apa semua itu? Mau meyakinkan orang yang berbeda agama? Pasti tak manjur karena setiap orang tetap berada dalam keyakinannya masing-masing. Rasanya yang didapat cuma kepuasan pribadi dan semakin membangun ego saja. Bangga kalau bisa mengalahkan argumen orang lain, ngeles dan menyerang balik kalau sedang salah membuat pembelaan.
Menurutku, model diskusi perdebatan iman tak ada gunanya sama sekali, bahkan sangat buruk untuk spiritualitas orang yang terlibat. Bagaimana dengan nasib ajaran Tuhan (Islam atau Kristen) yang sedang dibela itu? Menurutku lebih tragis lagi; perdebatan itu menciptakan apriori bagi masyarakat terhadap Tuhan dan ajaran-Nya.
Iman adalah sebuah pertanggungjawaban pribadi kepada Tuhan. It’s personal. Dialog iman, dalam konteks hubungan antar-keyakinan wujudnya berupa sharing: bercerita dan bertanya; tanpa penghakiman dan pelecehan terhadap keyakinan lain. Perbedaan (jika ada) tetap dinyatakan dalam konteks keragaman dan cara pandang yang berbeda. It’s oke.
Membela Tuhan? Tidak perlu, Tuhan tidak perlu dibela. Tugas kita adalah memperbaiki spiritualitas kita terus menerus agar diri kita benar-benar menjadi rahmat bagi semesta alam. Kebenaran iman yang kita yakini secara natural akan diapresiasi orang lain kalau kita menjadi orang yang tulus, adil, penuh cinta dan pelayanan kepada masyarakat.
Apapun fitnah dan hujatan para penentang Tuhan, tak akan menodai kemuliaan Dia dan ajaran-Nya. Yang menodai ajaran-Nya adalah saat kita yang mengaku mengimani-Nya melakukan hal-hal buruk yang tak mencerminkan pengajaran-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar