Paskah : Baru ??

Apa yang baru?

Paskah adalah pembaruan? Apa yang baru? Bukankah setiap tahun mesti sama saja: Minggu-minggu pra-paskah. Minggu sengsara. Malam Getsemani. Jumat Agung = Perjamuan Kudus. Kebaktian subuh. Telur paskah. Drama singkat kubur kosong. Drama paskah. Ya sudah, sama saja bukan? Apa yang baru? Ya memang tidak ada yang baru, kalu kita melihat peristiwa paskah hanya sebagai bagian dari tahun liturgi belaka. Jika paskah hanya dipahami secara ritual-kronologis-liturgis gerejawi, memang tidak ada yang baru dari paskah.

Tetapi apa hanya itu saja cara kita merayakan paskah Kristus? Jangan hanya itu! Paskah lebih kaya ketimbang peringatan. Paskah adalah kuasa. Paskah sunguh-sungguh adalah pembaruan! Dari mana kita tahu? Kisah kebangkitan Kristus sebagaimana dikisahkan oleh penginjil Yohanes (Yoh 20 19-23) memberikan kepada kita makna-makna pembaruan yang terdapat dalam paskah Kristus.


Ketakutan, Keraguan dan Ketertutupan menjadi Kebahagiaan, Kejelasan dan Keterbukaan


Setelah Yesus mati, Murid-murid-Nya ada dalam atmosfir ketakutan, keraguan dan ketertutupan. Memang Maria Magdalena membawa isu yang mengejutkan. “Aku telah melihat Tuhan!” katanya (Yoh 20:18). Tetapi apalah arti perkataan seorang perempuan yang kadang cenderung dipandang sebelah mata pada zaman itu? Tekanan ancaman dari para pemimpin agama Yahudi yang menolak Guru yang kini telah tiada lebih menjadi isu utama bagi mereka. Status mereka kini adalah antek-antek dari gerakan “terlarang”-nya Yesus dari Nazaret. Mungkin mereka lebih memilih bersikap: Ya sudah, yang berlalu biarlah berlalu. Kini hanya “kita” dan “masalah”. Kita harus cari cara menyelamatkan diri. Tuhan sudah lupa pada kita. Cara Mesias Yesus ternyata tidak berdampak..

Atmosfir ini sebenarnya tidak asing bagi mereka. Ini atmosfir lama. Dalam perjalanan sebagai umat Allah banyak kali atmosfir ini mereka alami. Diperbudak di Mesir, dibuang di Babel, di tindas pemerintahan bangsa-bangsa asing yang tidak mengenal Allah, mereka akrab dengan rasa ini. Takut binasa, ragu akan pertolongan Allah, melarikan diri dari tuntunan Allah. Tidak ada yang baru dari atmosfir ini. Atmosfir umat yang meragukan kuasa dan pemeliharaan Allah. Mereka memilih untuk melihat kuasa-kuasa selain kuasa Allah.

Namun atmosfir lama itu tidak berlangsung lama. Ada atmosfir baru! Allah adalah Allah yang setia dengan kasih-Nya. Anak-Nya yang Tunggal dibangkitkan-Nya dari kematian. Ini menjadi tanda yang nyata bahwa apa yang dipikirkan, apa yang dikatakan, apa yang dilakukan Yesus dari Nazaret melalui segenap kehidupan dan karya-Nya itu dibenarkan Allah, serta harus diimani dan diamini! Janji Allah untuk memberikan damai dan sejahtera-Nya bagi umat yang berada dalam tekanan hidup yang berat dan pemberontakan kepada-Nya tidak pernah pupus. Allah setia akan janji-Nya.

Yesus dari Nazaret, Sang Mesias sejati, Anak Allah yang Tunggal, lengkap dengan tangan dan lambung yang terluka, tanda karya-Nya yang agung dalam pembaharuan tatanan kehidupan umat manusia, hadir, hidup dan berkuasa di tengah ketakutan, keraguan, dan ketertutupan murid-murid-Nya. “Damai sejahtera bagi kamu!”, tegas Yesus. Atmosfir baru ini kemudian mendatangkan pengharapan yang kokoh dan mendatangkan sukacita murid-murid (Yoh 20:19). Ternyata kuasa yang sebenarnya bukan terletak pada pemimpin agama Yahudi, bukan pada pemerintahan kolonial Roma, tetapi pada Allah yang setia mengasihi umat-Nya, dengan mengutus Anak-Nya sebagai jalan, kebenaran dan kehidupan!

Oleh sebab itu dalam atmosfir baru ini: takut binasa karena ancaman pelawan-pelawan Allah (yang waktu itu kentara dalam diri para pemimpin agama Yahudi dan pemerintah Roma); keraguan akan kuasa dan pemeliharaan Allah (meragukan kebangkitan Yesus); serta ketertutupan dalam menyatakan kebenaran Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus (dengan menjadi komunitas yang terutup dan menyembunyikan diri) tidak cocok lagi. Itu hidup yang lama. Kini ada hidup yang baru. Hidup dalam pengharapan yang kokoh kepada Allah. Petrus salah satu saksi iman peristiwa yang berkuasa itu menyatakan pengharapannya dalam suratnya yang pertama: “Marilah kita bersyukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus! Ia sangat mengasihani kita, itu sebabnya Ia memberikan kepada kita hidup yang baru, dengan menghidupkan kembali Yesus Kristus dari kematian. Ini memberikan kita harapan yang kokoh” (1 Petrus 1:3, Terjemahan Alkitab BIS-LAI).

Dalam atmosfir baru yang dipenuhi dengan kebahagiaan dan kejelasan itu, kini mereka hidup dalam pengharapan yang baru. Harapan baru yang ditegaskan oleh Yesus yang menang: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu. Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yoh 20:21-23). Roh Allah yang Kudus, diberikan-Nya. Kini Murid-murid Yesus memiliki kuasa untuk melayani Bapa dan Kristus sebagai utusan-Nya melebihi kuasa-kuasa yang ada di dunia ini. Atmosfir baru ini harus dibuka kepada sebanyak mungkin orang. Inilah pembaruan yang dihadirkan oleh Paskah Kristus! Kebahagiaan, kejelasan dan keterbukaan: Bahwa sungguh benar Allah terus memberikan damai sejahtera-Nya yang membawa kepada kebahagiaan kepada umat-Nya. Bahwa sungguh benar Allah menyatakan kuasa-Nya di dalam Yesus Kristus yang dibangkitkan-Nya. Bahwa sungguh benar Allah menghendaki damai sejahtera-Nya dirasakan sebanyak mungkin orang melalui murid-murid Yesus.


Lalu bagi kita saat ini?


Kepada jemaat Roma, Rasul Paulus, yang juga salah satu saksi iman dari Yesus yang bangkit itu, menjelaskan: “Dengan baptisan itu, kita dikubur dengan Kristus dan turut mati bersama-sama Dia, supaya sebagaimana Kristus dihidupkan dari kematian oleh kuasa Bapa yang mulia, begitu pun kita dapat menjalani suatu hidup yang baru.” (Roma 6:4, Terjemahan Alkitab BIS-LAI). Ini jelas. Kita yang mengimani Yesus Kristus yang menang, yang dipersekutukan dengan-Nya dalam baptisan, kini hidup dalam kebaruan hidup. Kebaruan yang seperti apa? Yaitu bahwa hidup kita sekarang ini ada dalam pemerintahan Allah dan bukan lagi sebagai seteru Allah. Hidup sebagaimana Yesus Kristus hidup.

Verne H. Fletcher, dalam bukunya “Lihatlah sang manusia!” (terbitan BPK-GM, 2007) memberikan sumbangsih yang berarti dalam upaya kita mengenali bagaimana Yesus hidup. Pengenalan ini dapat menjadi semacam refleksi bagi kita, di dalam mewujudnyatakan kebaruan hidup karena paskah Kristus. Fletcher merefleksikan Yesus sebagai orang yang bebas, rendah hati dan adil. Dengan karakter-Nya itu, Yesus telah memperjuangkan pembaruan tatanan kehidupan manusia pada zaman-Nya, bahkan juga tatanan kehidupan manusia sampai saat ini, melalui kebaruan hidup yang dihidupi para pengikut-Nya. Berikut ini cukilan dari tulisan Fletcher itu.

Sebagai orang yang bebas, Yesus dari Nazaret hidup:

a. Bebas dari keterikatan pada harta milik

Bukan berarti Yesus menjadi pertapa, melainkan Yesus tidak bernafsu untuk mendapatkannya. Nafsu kepada harta milik dapat menjadikan seseorang melupakan Allah. Yesus tidak membenci orang kaya. Yesus memuji orang yang kaya di hadapan Allah, yang tidak serakah dan tulus berbagi kepada yang melarat dan tidak punya. Yesus menyayangkan orang-orang yang menggantikan Allah dengan harta milik, apalagi yang menindas orang lain demi dan untuk harta milik. Bagaimanakah sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita tentang harta milik kita?

b. Bebas dari ketergantungan pada status dan gengsi

Yesus tidak gila pujian. Yesus tidak menilai orang lain tegantung status sosial. Ia bergaul dengan orang miskin dan juga pembesar-pembesar. Bergaul dengan kalangan atas Ia tidak minder. Bergaul dengan kalangan bawah Ia tidak tinggi hati. Terhadap orang-orang yang menjalankan ibadah agama supaya dilihat atau dipuji orang Yesus tidak suka. Yesus menghargai anak-anak dan menyambut mereka. Bagaimanakah sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam cara kita bergaul dengan Allah dan sesama?

c. Bebas dari ketundukan pada “moralitas tertutup”

“Moralitas tertutup” menujuk kepada tata moral yang bermaksud memisahkan salah satu kelompok, aliran, atau bangsa dari dunia luar. Tata moral ini membatasi pihak yang satu dan menjauhkan pihak yang lain. Yesus memberitakan Allah yang bermurah hati dan yang mengampuni orang yang berdosa, yang menaruh perhatian pada orang kecil dan tersesat, yang menurunkan hujan kepada orang yang benar dan tidak benar. Yesus membenci kepicikan para pemimpin agama Yahudi pada zaman-Nya. Sebaliknya Yesus memanggil seluruh bangsa ke dalam persekutuan dengan Allah. Yesus memilih murid-murid-Nya dengan beragam latar belakang ideologi dan lapisan sosial. Yesus membangun “jembatan penghubung” dan bukan “tembok pemisah”. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam tata moralitas hidup kita?

d. Bebas demi sesama manusia

Kebebasan Yesus dari keterikatan pada harta milik, dari ketergantungan kepada status dan gengsi, dari ketundukan kepada moralitas tertutup, dijalankan agar Ia bebas untuk melayani sesama-Nya. Kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi orang lain. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam menjalankan kebebasan-kebebasan, hak-hak yang kita miliki?

Sebagai orang yang rendah hati, Yesus dari Nazaret hidup:

a. Lemah lembut

Kerendahan hati, kelemahlembutan Yesus adalah kerendahan hati di hadapan Allah. Kelemahlembutan-Nya bukan menandakan kelemahan, atau tindakan cari aman, melainkan ketegasan keberpihakan-Nya kepada yang lemah. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam bersikap kepada yang lemah?

b. Akrab pada kaum rendahan

Yesus mendahulukan kaum miskin dan terlantar. Yesus memihak kepada rakyat jelata. Yesus berdiri bersama dengan kaum melarat, mengajar dan menyembuhkan mereka. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam bergaul dengan orang yang miskin dan rakyat jelata?

c. Bersama dengan orang berdosa

Yesus bergaul dengan orang yang buruk dan cemar, orang sakit kusta, orang yang kerasukan setan, para pemungut cukai, wanita sundal. Yesus sahabat orang berdosa. Pengampunan dan persahabatan Allah Yesus nyatakan kepada orang yang mau bertobat. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam penilaian kita terhadap orang yang besalah dan berdosa kepada kita?

d. Sebagai hamba Allah yang melayani sesama-Nya

Yesus memilih menjadi pelayan yang menderita agar orang lain menikmati kebaikan dan kebaruan hidup. Yesus menjadi pelayan bagi mereka yang terbuang, yang bahkan membenci dan menolak-Nya. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam melaksanakan pelayanan kita?

e. Memperjuangkan mentalitas baru

Yesus tidak membiarkan orang menjadi “kolokkan” dengan penyembuhan-penyembuhan-Nya. Yesus mendorong orang itu menghidupi imannya, dan bertumbuh dalam imannya. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam permohonan-permohonan kita kepada Allah dan upaya pertumbuhan iman kita?

Sebagai orang yang adil, Yesus dari Nazaret hidup:

a. Tidak apolitis

Yesus tidak berpolitik tetapi tidak apolitis. Yesus peduli akan struktur kemasyarakatan-Nya. Yesus mengadakan perubahan struktur sosial zaman-Nya, dengan cara Allah, Bapa-Nya. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam sumbangsih perubahan tatanan politik yang mendatangkan kebaikan bagi banyak orang?

b. Menolak mesianisme politik

Yesus menghindar manakala dirinya diajukan sebagai pemimpin politik. Bagi-Nya pemerintahan Allah, perubahan yang Allah lakukan, bukan dinyatakan dengan cara politik manusia yang kotor. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam melihat hubungan gereja dan politik?

Selanjutnya, Fletcher menggali apa-apa saja yang sudah diperjuangkan Yesus dari Nazaret sampai titik darah penghabisan demi menyatakan pembaruan kehidupan dalam pemerintahan Allah:

a. Yesus mematahkan lingkaran setan yang terdiri atas kekerasan dan pembalasan

Yesus mematahkan lingkaran kekerasan dan pembalasan dengan menolak menjadi musuh bagi siapapun juga. Ketimbang pembalasan Yesus memilih memberikan pengampunan. Yesus membalas kejahatan dengan kebaikan. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita pada saat kita mengalami kekerasan?

b. Yesus menolak pola penguasaan ketundukan sebagai patokan bagi hubungan antar manusia

Bagi Yesus pemimpin adalah orang yang melayani, dan bukan yang menguasai. Perempuan yang waktu itu hidup dalam ketertundukkan pada lelaki, di mata Yesus berbeda. Banyak kali Yesus menyatakan penghargaan-Nya kepada perempuan yang ada di sekitar kehidupan-Nya. Bahkan, para perempuanlah yang menjadi saksi dari kebangkitan-Nya. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam pola hubungan atasan-bawahan dan masalah gender?

c. Yesus mempersoalkan kesetiakawanan yang kelewat sempit dan eksklusif

Yesus menyatakan kesetiakawanan yang terbuka. Sesama manusia bukanlah sama-sama suku dan sama-sama kepentingan belaka. Yesus membuka diri sebagai perwujudan rahmat Allah yang terbuka kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam solidaritas kita akan “yang berbeda” dari kita, beda agama, beda suku dan sebagainya?

d. Yesus mengesampingkan kekuasaan, kejayaan dan gengsi sebagai pertanda pemerintahan Allah

Keakraban Yesus pada golongan yang lemah, miskin, tersisih, menderita, teraniaya menjadi tanda kehadiran Allah yang berkuasa dan memerintah. Ini prioritas pelayanan Yesus. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam melihat penderitaan kita dan juga dalam mengatur prioritas-prioritas hidup kita?

e. Yesus menisbikan segala kemutlakan buatan manusia, serta bergumul melawan kuasa kejahatan

Bagi Yesus sandaran yang kokoh bukanlah apa yang dibuat manusia, entahkah itu bangunan, harta milik, tradisi, status, jabatan, gelar, pemerintahan, pekerjaan, melainkan apa yang asalnya dari Allah Bapa-Nya. Terhadap segala pencobaan yang dihadapi-Nya, semenjak awal pelayanan-Nya di padang gurun, di Getsemani, sampai bukit Golgota, Yesus taat menolak kuasa si jahat dan memilih berpihak dan mentaati Allah, Bapa-Nya. Bagaimana sikap Yesus ini memberikan pembaruan bagi kita dalam pilihan-pilihan hidup kita yang mendatangkan pencobaan untuk melakukan yang jahat? Kristus hidup! Pandanglah hidup Yesus Kristus! Mari hadirkan pembaruan hidup!

0 komentar: