Memahami sikap dan perilaku individu sangat penting untuk mendukung efektifitas organisasi. Salah satu faktor penting untuk mendorong agar organisasi dapat berjalan secara efektif adalah kepemimpinan. Salah satu model yang dikembangkan adalah kepemimpinan yang bersifat “transformasional”. Kepemimpinan yang bersifat transformasional adalah kepemimpinan yang mempunyai dimensi ; kharismatik, stimulus intelektual, konsiderasi individual, sumber inspirasi serta idealisme.Konsep dan praktek kepemimpinan transformasional dikembangkan sebagai jawaban atas keterbatasan konsep-konsep kepemimpinan yang telah ada dalam mengelola sumber daya manusia, organisasi dalam lingkungan yang mengalami perubahan-perubahan.
Di dalam merumuskan proses perubahan, biasanya digunakan pendekatan transformasional yang manusiawi, di mana lingkungan organisasi yang partisipatif, peluang untuk mengembangkan kepribadian, dan keterbukaan dianggap sebagai kondisi yang melatarbelakangi proses tersebut, tetapi di dalam praktek, proses perubahan itu dijalankan dengan bertumpu pada pendekatan transaksional yang mekanistik dan bersifat teknikal, di mana manusia cenderung dipandang sebagai suatu entiti ekonomik yang siap untuk dimanipulasi dengan menggunakan sistem imbalan dan umpan balik negatif, dalam rangka mencapai manfaat ekonomik yang sebesar-besarnya.
Berbeda dengan kepemimpinan transaksional, yang menggunakan basis imbalan dalam menggerakkan anggota, kepemimpinan transformasional menekankan terbentuknya rasa memiliki bagi setiap individu sebagai bagian dari kelompok. Oleh karena itu kepemimpinan transformasional di proposisikan berpengaruh positif terhadap komitmen anggota pada organisasi.
Telaah lebih lanjut adalah dampak kepemimpinan transformasional terhadap komitmen normative. Komitmen normative adalah komitmen individu pada organisasi karena adanya dorongan keyakinan seseorang untuk bertanggung jawab secara moral bahwa selayaknya harus loyal dan setia pada organisasi. Periliku kharismatik seorang pemimpin dalam arti memiliki visi yang jelas dan menarik serta menunjukkan kepercayaan diri yang kuat dan dapat dipercaya anggota, mampu memperkuat kaitan normative anggota terhadap organisasi yaitu tumbuhnya perasaan loyal dan mencintai organisasi. Penjelasan logisnya adalah bahwa perilaku kharismatik/visioner dapat memperkuat kepercayaan antara anggota dengan pemimpin.
Hal ini tampaknya bukan hal yang cukup mudah untuk dipraktekkan. Dalam menghadapi kondisi organisasi yang masih dalam tataran konvensional, dibutuhkan niat dan komitmen yang kuat dalam mengarahkan organisasi ke dalam sebuah arus perubahan. Dalam aras ini, maka secara sistemik organisasi harus berubah, secara aturan, administrasi, dan semua hal yang berkaitan dengan prinsip organisasi konvensional. Kekuatan organ didalam sebau organisasi akan menjadi pemincu positif guna mengarahkan organisasi kea rah transformasi. Paling tidak komitmen individu dalam organisasi Nampak dan nyata dalam perilaku organisasi.
Kepemimpinan transformasional terutama dimensi kharismatik/visioner merupakan sarana paling efektif untuk membangun komitmen anggota pada organisasi. Ini berarti bahwa seorang pemimpin yang berkharisma dan memiliki visi yang cantik atas masa depan organisasi akan berusaha menstimuli kapasitas intelektual anggota, memperlakukan anggota sebagai individu yang berbeda, memberikan inspirasi anggota untuk maju, percaya atas kemampuan anggota, tidak mengutamakan kepentingan pribadi, merupakan metode kepemimpinan yang tepat untuk membangun komitmen anggota. Dengan menganalogikan praktek kepemimpinan transformasional merupakan bentuk kepemimpinan yang efektif, maka jelaslah bahwa salah satu faktor personal dan organisasi yang menjadi determinan kunci komitmen organisasi adalah kepemimpinan.
1 komentar:
2 September 2009 pukul 02.10
BARANG SIAPA YANG INGIN MENJADI AKTIVIS GERAKAN TERUTAMA MENJADI KEKOM ATAU KECAB, HENDAKLAH IA MERENDAHKAN DIRI SEPERTI RIAN.
Posting Komentar