“ Aktifitas perkuliahan di kampus Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang dan Politeknik Negeri Kupang diliburkan selama sepekan.
Ini dilakukan setelah terjadi tawuran antarmahasiswa yang menewaskan Sisilia Radja (18), mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta melukai sedikitnya 15 orang, termasuk dua anggota Polres Kota Kupang.
Meski diliburkan, puluhan mahasiswa yang sebelumnya bertikai masih terlihat siaga di kampus masing-masing. "Kami hanya berjaga-jaga, jangan sampai ada serangan susulan," kata seorang mahasiswa Politeknik yang minta namanya tidak ditulis, Selasa (18/11).(www.okezone.com) ”
“ Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Prof Ir Frans Umbu Datta M App, ScPhD menegaskan, mahasiswa Fakultas Hukum Undana yang terlibat dalam tawuran dengan mahasiswa Politeknik Kupang pada 17 November lalu, akan diproses hukum dan dipecat dari perguruan tinggi tersebut.
Ia mengemukakan hal itu setelah memimpin rapat dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Undana, Dekan Fakultas Hukum Undana, Dr Alo Sukardan SH MHum, Direktur Politeknik Kupang, Bekak Kolimon MT serta PR III Undana, Dr Os Eoh SH MS untuk mencari solusi dalam mengatasi aksi tawuran antara mahasiswa Politeknik Kupang dan mahasiswa Fakultas Hukum Undana pada Senin (17/11) lalu.
Menurut Rektor Undana Kupang, solusi awal yang akan diterapkan berkaitan dengan aksi tawuran antarmahasiswa tersebut adalah dengan membatasi akses mahasiswa Politeknik ke dalam lingkungan kampus Undana Kupang. Tawuran yang terjadi pada 17 November lalu di dalam kompleks Undana Penfui Kupang, menurut dia, akibat ulah mahasiswa yang belum dewasa dalam menata dirinya sebagai seorang intelektual. Politeknik sebelumnya merupakan bagian dari Undana Kupang, namun mulai 2004 lembaga pendidikan tersebut mulai berdiri sendiri sehingga tidak lagi menjadi bagian dari Undana.
Direktur Politeknik Kupang, Bekak Kolimon ketika ditanya wartawan soal tindakan akademis yang akan diberikan kepada mahasiswanya mengatakan, prinsip tindakan akademis sama dengan apa yang diterapkan Undana. (www.mediaindonesia.com) ”
“ Secilia Radja (18), mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, tewas dalam tawuran antarmahasiswa Politeknik dan Fakultas Hukum Undana Kupang.Sementara itu, dua anggota Satlantas Polresta Kupang juga terkena lemparan batu dari para mahasiswa yang sedang berkecamuk di Kompleks Kampus Undana Penfui Kupang ketika bersama satuan polisi lainnya yang tengah mengamankan situasi pada saat itu.
Secilia Radja, mahasiswa semester I FISIP Undana Kupang ini diduga kuat terkena serangan jantung ketika kondisi tubuhnya tak sanggup melihat aksi mahasiswa yang saling berkejaran sambil melemparkan batu dan benda keras lainnya ke arah sasaran.
Gedung FISIP Undana Kupang letaknya tidak jauh dari Gedung Fakultas Hukum yang diobrak-abrik oleh mahasiswa Politeknik Undana ketika melakukan serangan membabi buta ke kompleks fakultas tersebut. (www.metrotv.com) “
Kali ini kembali mahasiswa Indonesia bikin berita. Bukan berita tentang keberhasilan bidang ilmu pengetahuan yang memang menjadi kebanggan sebagai mahasiswa, tetapi berita tentang kekerasan. Belum hilang dalam ingatan kita bagaimana kekerasan yang terjadi di Kampus IPDN, yang kemudian disambung dengan kekerasan di Kampus UISU, kali ini kekerasan kembali terjadi di Kampus Universitas Nusa Cendana.
Kata tawuran sangat terkenal di era 90an sampai sekarang, namun tawuran disini identik dengan anak anak sekolah atau anak anak SMU. Entah kenapa akhir akhir ini, mahasiswa pun ikut ikutan terlibat tawuran. Mahasiswa yang seharusnya bisa lebih menjaga emosi malah menjadi tidak terkendali emosinya.
Melihat gambaran diatas, bangsa Indonesia saat ini memang sedang dalam keadaan benar benar sakit. Bahkan sakitnya sudah sangat akut dan perlu segera opname. Mahasiswa sebagai kaum intelektual saja sudah tidak mampu menjaga intelektualitasnya dalam menghadapi masalah, apalagi dengan masyarakat awam? Mahasiswa saja tidak mampu memecahkan masalah dengan cara elegan, bagaimana dengan masyarakat awam? Lalu apa yang bisa kita harapkan dari mereka para mahasiswa ini? Memang tidak semua mahasiswa seperti itu, masih banyak juga kita mendengar mahasiswa Indonesia berprestasi di ajang Internasional. Namun alangkah manisnya jika jejak rekan rekannya yang berprestasi ini ditiru oleh mahasiswa yang lain. Untuk berprestasi tentu yang diadu adalah otak bukan otot.
Pengenalan budaya argumentasi, berpikir logis, dan mengedepankan rasio secara kritis di kampus akan membawa iklim kondusif dalam demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Negara demokrasi yang telah matang dipimpin oleh tokoh-tokoh yang di lingkungan kampus mengenal ketiga nilai tersebut.
Komentar orang-orang yang peduli :
“ Hebat hebat...calon preman indonesia....mentalnya cuma tawuran sudah keluar saja dari universitas...kasihan tuch orang tua susah payah cari uang buat nguliahin eh...alah...anaknya tawuran pakai batu, pisau....malu-maluin saja... para dosen n polisi kalau baca nich komentar tindak tegas ya mahasiswa yg tidak bisa kasih contoh bagus....sudah sebel lihat muka mereka yg sok hebat......”
“ Gagalnya para dosen dalam mendidikan para mahasiswa....apa arti demokrasi yg diperjuangkan oleh para saudaramu...yg meninggal karena demokrasi...dikejadian tahun 1998. Sudah waktunya polisi turun tangan dan memberi hukuman oleh pelaku kriminal yg berkedok mahasiswa....bukan mikir pelajaran lha kok jadi mikir tawuran calon preman kok bisa kuliah lagi segitu susahnya.....kasihan dech lu yg ngaku mahasiswa yg kerjanya cuma tawuran....”
“ mahasiswa tawuran???!!!! Berita yang sangat mencoreng dunia pendidikan tinggi. Semakin tinggi sekolahnya semakin bodo.....Ini juga bisa menjadi indikasi untuk menilai mutu pendidikan di NTT khususnya.”
“ akibat dari reformasi yg kebabelasa.tokoh2 yg dulu memperjuangkan reformasi hanya diam dan hanya memikirkan kekuasaan. “
“ Turut berduka cita atas meninggalnya Secilia Radja..... FISIP menangis.......”
Akankah terus berlangsung ?
0 komentar:
Posting Komentar