There is where we belong…


Sebuah tempat sederhana dengan lokasi yang cukup strategis di mata kami yang menginginkan suasana yang hangat. Tak begitu jauh untuk dijangkau oleh parta mahasiswa, sekalipun yang tinggal di wilayah Oesapa. Tempat ini memiliki banyak nilai historis dalam membantu kami menemukan arah perjuangan dan realisasi idealisme yang coba kami kembangkan dalam tahun-tahun penuh pencarian identitas pribadi lepas pribadi. Entah kenapa begitu sulit agaknya untuk melepaskan diri dan ide yang melekat pada tembok-tembok bisu tempat ini. Tak tahulah.. yang kami tahu bahwa ia yang merupakan pusaka kami, tempat berteduh kami, seperti tak rela kami lepaskan begitu saja dari jangkauan pandangan. Masing-masing dari kami memiliki cerita yang berbeda dengan tempat ini. Namun apapun itu, tidak lantas mengubahnya menjadi sebuah tempat dengan wajah yang di-make over..walaupun sering ditambal sana-sini namun tetap saja kelihatan seperti dulu..teringat saya tahun-tahun tanpa kamar mandi dan wc yang layak…hmm selalu mengundang rasa geli hingga tertawa, lalu meneteskan air mata haru jika mengingat kembali.. Tak sadar, hanya tinggal hitungan hari tempat yang kami bangga-banggakan sebagai pusaka kami itu tak lagi bisa kami diami. Persoalan sengketa tanah hibah membuat kami tak berdaya dan harus angkat kaki. Namun seperti yang teman saya katakan : “Biarlah semua kenangan indah, semua kenangan tawa, tangis, keringat dan doa yang pernah kita semua jalani di Rumah Biru Durian 4B menjadi kenangan seumur hidup dan semangat untuk bangkit kembali. Katong KALAH mempertahankan SC GMKI Kupang tapi katong kepingin GMKI Kupang pindah dengan MENANG” Saya hanya ingin jadikan momen ini sebagai “kita” yang selama ini hanya menjadi “saya” untuk bersama menggumuli, mendoakan, membantu agar tembok-tembok bisu itu bisa kembali merekam teriakan, tawa, tangis, bahagia, do’a, bantingan kursi, kidung pujian, olokan, kata mutiara, petikan gitar, interupsi, mohon bicara sampai mars GMKI walaupun ditempat yang baru karena dia ada karena “kita”.